Senin, 07 Mei 2012

Tangkuban Perahu Juga Gunung Loh!



Ini cerita tentang persentuhan pertama saya dengan gunung api pertama di Jawa yang saya kunjungi. Saat itu libur kenaikan kelas 3 SD.  Aku bersama keluargaku pergi jalan-jalan ke gunung Tangkuban perahu. Sebenarnya saat ke gunung Tangkuban Perahu bisa dibilang kami  tidak melakukan pendakian, makanya saya tulis mengunjungi. Toh, buat jalan-jalan ke gunung ga harus mendaki dengan ala pendaki gunung profesial juga kan. Lagipula usia saya pada saat itu masih 8 tahun dan keluargaku bukanlah keluarga pendaki. Lagi pula yang kami cari adalah esensi keharmonisan liburan keluarga, bukan pendakian gunung ala pecinta alam. Soal tahunnya, aku kurang ingat mungkin 1999 atau 2000.
Bisa pergi jalan-jalan bareng keluarga ke Jawa Barat merupakan pengalaman yang lebih seru dibandingkan hanya menghabiskan liburan di kampung halaman saya bersama teman yang itu-itu saja. Yah, bukan bosan dengan mereka sih. Cuma rasanya lebih seru saja kalau ada kesempatan liburan yang lebih menarik dengan petualangan seru ke Tangkuban Perahu, Jawa Barat. Ditambah lagi pada saat itu film Petualangan Sherina lagi terkenal-terkenalnya. Dan aku tahu film itu syutingnya di Jawa Barat. Secara aneh aku berharap aja ketemu Sherina yang seusiaku pada saat itu. Hehehe mimpi kali ya.
            Gunung Tangkuban Perahu terltak sekitar Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung. Gunung ini mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter. Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang. Daerah Gunung Tangkuban Perahu dikelola oleh Perum Perhutani. Suhu rata-rata hariannya adalah 17oC pada siang hari dan 2 oC pada malam hari.
Untuk mencapai gunung Tangkuban Perahu, kita bisa menuju daerah Lembang tepatnya desa Cikole, kurang lebih 30 menit dari Bandung menggunakan kendaraan bermotor. Ada dua alternatif jalan menuju Tangkuban Perahu. Yang pertama jalur utama, yakni jalur kendaraan bermotor (baik motor, mobil maupun bus) masuk melalui jalan raya Lembang-Subang. Jaraknya kurang lebih 3 km dari gerbang.  Jalur yang kedua masuk melalui kawasan Jayagiri, biasanya ini untuk jalur hiking. Track ini jalannya menanjak dengan kemiringan sekitar 300  Celcius. Harga tiket masuk kawasan Tangkuban perahu Rp. 13.000, sedangkan untuk yang masuk melalui kawasan Jayagiri ditambah Rp. 4.000.
Di kawasan Lembang ini merupakan tempat yang banyak spot-spot wisata khusus seperti bumu perkemahan, tempat outbound, pemandian air panas, kebun buah atau sekedar melihat pemandangan di pinggir jalan. Pokoknya objek wisata yang ditawarkan disini lebih berpusat pada wisata panorama alam dari hutan dan pegunungannya yang sejuk.
            Balik ke tujuan semula, Tangkuban perahu. Dari Subang setelah mendapatkan jalan raya menuju pintu gerbang objek wisata gunung tangkuban perahu. Disana bagi yang punya kendaraan pribadi, seperti sepeda motor atau mobil, boleh langsung meneruskan perjalanan menuju kawah gunung tangkuban perahu. Tentunya setelah membayar retribusi masuk lokasi wisata. Jika menggunakan bus pariwisata yang gedenya memakan lebarnya jalan yanga ada. Maka para wisatawan harus turun dan boleh ikut menumpang mobil tour yang disediakan oleh pengelola wisata secara gratis. Karena keluargaku ikut bus wisata, kami ikut tumpangan gratis ini.
            Dari sini kami meneruskan perjalanan yang memakan waktu tidak lebih dari 20 menit. Hutan yang ada seingat saya mirip-mirip di film Jurasic Park dikit lah. Lebat banget, apalagi ada pohon-pohon pakis haji (paku-pakuan) yang menambah nuasa hutan yang sangat lebat.  Ditambah nuansa magis dari kabut yang menyelimuti lembah. Sepanjang perjalanan di mobil tumpangan yang tanpa jendela ini obrolannya tak jauh dari guyonan siapa yang kentut. Karena semakin keatas semakin tercium bau kentut gunung yang menyengat, gas belereng dari kawah gunung tangkuban perahu. Dan tanpa terasa sudah sampai saja di parkiran  wisata di seputaran bibir kawah gunung tangkuban perahu.
            Kalau boleh banggain pendapat pribadi, ini dia enaknya jalan-jalan ke Tangkuban Perahu. Karena cepat sampainya karena bisa naik kendaraan, dan bisa rame rame sekalian sama keluarga.  Ditambah kita sudah bisa menikmati nuansa puncak gunung . Tanpa harus capek-capek kayak naik gunung yang harus trekking jalan kaki. Memang sih kalau kata para orang yang pernah naik gunung secara trekking atau pendapat orang kebanyakan naik tangkuban perahu belum bisa disebut naik gunung. Tapi buat mereka-mereka yang anak-anak, manula, para manusia kuat yang merasa lemah atau  ga minat kalau diajakin naik gunung yang sebenarnya. Gunung wisata kayak tangkuban perahu inilah alternatifnya.
Toh pemandangan yang didapat sama indahnya kok kayak gunung-gunung yang lain. Ada kawah gunung berapinya yang negluarin gas terus-menerus, hutan pegunungan yang pohonnya pendek-pendek, awan yang terlihat di atas kepalla dan dibawah lembahan, pemandangan dari ketinggian plus suhu penggunungan yang dingin. Ditambah lagi ada yang jualan bakso anget di emperan toko souvenir batu antik, yang juga menjual kayu awet muda, bubuk belerang dan souvenir lainnya.
            Yah agak malu-maluin sih kalau dibilang kok bisa bangga naik gunung kayak ginian. Tapi kalau dari aku sendiri walaupun naik gunung wisata kayak gini ga terlalu “menantang”. Tapi buatku ini merupakan awal pertamaku menyukai wisata-wisata alam pegununggan. Sampai-sampai bikin keinginan buat naik gunung Dempo di provinsi kempung halamanku kalau sudah lebih gede nantinya. Jadi, kalau kalian minat buat coba wisata ke gunung, tapi ga mau capek, kenapa ga Tangkuban perahu aja.

5 komentar:

apa komentarmu?